Anak bangsa berhak untuk mendapatkan pendidikan yang baik tanpa perlu melihat asal – usul mereka, dari ekonomi mampu atau di bawah standar, hal ini ternyata dilanjuti dengan kebijakan teranyar Mahkamah Konstitusi tentang keputusan penghapusan RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ) yang menganggap ini adalah bagian dari diskriminasi dalam memperoleh pendidikan.
Tanggapan khalayak umum sangat beragam pro dan kontra terjadi, memang sangat di sayangkan ketika merasakan langsung upaya untuk memperoleh pendidikan berkwalitas, sekat pemisah seolah di ciptakan oleh keberadaan RSBI, padahal beberapa sekolah swasta yang terkenal dengan mutu pendidikannya malah dapat membuka pintu lebar – lebar bagi semua golongan, dengan menciptakan manajemen subsidi silang, yayasan pemilik sekolah – sekolah ini memang mematok biaya sekolah akan tetapi bukan tidak bisa ditawar, pernah terjadi seorang anak pegawai BUMN golongan rendah, hanya di minta biaya masuk dan iuran sekolah semampunya saja.
Pendidikan Bermutu Tidak Harus Mahal
Sampai saat ini saya masih sering memutar film drama yang berjudul Sampai Ujung Dunia, film yang mengisahkan cinta segitiga anak muda, diperankan oleh Gading Marten, Dwi Sasono dan Renata Kusmanto dengan dukungan Kementerian Perhubungan, mampu membuka mata dunia pendidikan terutama para pelajar SLTA, yang selalu berlomba – lomba dapat melanjutkan study ke perguruan tinggi negeri ternama seperti UI, UGM, ITB dan lainnya, bahkan Universitas di luar negeri.
Film Sampai Uung Dunia itu berlatar belakang pendidikan yang di kelola Badan Diklat Kementerian Perhubungan, menceritakan bagaimana kisah mereka meraih cita – cita melalui Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia di Curug Tanggerang Banten dan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran di Marunda Jakarta Utara.
Sepengalaman saya pada tahun 1997 / 1998 minat untuk mendaftar ke kedua kampus itu masih jauh lebih rendah daripada Universitas negeri pada umumnya, padahal penyelenggaraan pendidikannya standar internasional, dengan biaya untuk menempuh pendidikan terbilang murah dan bisa gratis bila siap menandatangani perjanjian ikatan dinas. di PLP Curug ( sekarang STPI ) lulusannya dulu langsung menjadi PNS dengan golongan II B, Bagaimana dengan STIP Marunda kampus yang diresmikan oleh Presiden Soekarno yang sebelumnya berlokasi di Gunung Sahari dengan nama AIP ( Akademi Ilmu Pelayaran ), lulusannya rata – rata diacungi jempol oleh dunia maritime internasional, mereka mampu mengangkat tinggi harkat martabat bangsa Indonesia dengan kedisplinan, bernyali tinggi menerjang ombak, sehingga sangat banyak pengusaha kapal – kapal niaga tanker, container / cargo berbendera asing mempercayakan armadanya dipimpin oleh lulusan STIP.
Kedua kampus tersebut bisa dijadikan contoh bagaimana untuk memperoleh pendidikan “alternative” berkwalitas yang tidak melulu harus mahal, yang penting bagi yang berminat jauh – jauh hari dapat mempersiapkan jasmani dan rohani dengan baik.
Bahkan Kepala BPSDM Kementerian Perhubungan Capt Bobby R Mamahit di salah satu media cetak tgl 29 Januari 2013 dengan bersemangat dan bangga menuturkan bahwa lulusan kampus – kampus di bawah naungannya laris manis , menurutnya para lulusan sebagian besar tidak perlu menjalani test menjadi pegawai. Capt Bobby R Mamahit beliau saya ketahui juga lulusan dari Akademi Ilmu Pelayaran ( sekarang STIP ).
Untuk memacu semangat orang tua dan para pelajar, perlu di ketahui gaji yang di terima oleh lulusan mereka yang bekerja di instansi swasta penerbangan dan pelayaran melebihi gaji manager profesional kebanyakan atau PNS setingkat Direktur Jendral.
Untuk pelaut yang telah memiliki sertifikat keahlian ANT 1 atau ANT 2, perusahaan pelayaran asing mau membayar mereka per bulannya mencapai Rp 50 sampai dengan 100 juta. Jadi perhitungan kotor saja dengan lima tahun berlayar cukup untuk modal wirausaha, kemudian usaha tersebut di serah terimakan kepada isteri / anggota keluarga dengan kontrol penuh, selanjutnya kalau mau bisa mendaftar PNS dengan golongan 3A.
Tertarik – Selamat Mencoba
Semoga Sukses
Merdeka !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar